Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen bertemu para pejabat dan ekonom China pada pekan ini guna menstabilkan hubungan antara kedua negara yang memburuk karena perang teknologi.
Awal pekan ini, China mengumumkan pembatasan ekspor dua elemen penting semikonduktor, yakni gallium dan germanium. Yellen kemudian memprotes larangan ekspor itu.
Namun, mantan Wakil Menteri Perdagangan China Wei Jianguo mengatakan langkah tersebut masih permulaan dan ada banyak lagi yang akan dilakukan China.
Melansir CNN Business, Jumat (7/7), isu-isu yang perlu diselesaikan antara AS dan China sangat kompleks. Ekonomi global diperkirakan bisa tumbuh jika Washington dan Beijing dapat memperbaiki hubungan.
Namun, para analis mengatakan ini tampaknya tidak mungkin.
“Kedua negara memiliki kepentingan strategis yang tidak selaras dan bersaing. Hubungan itu berada pada titik terendah dalam beberapa dekade, ditandai dengan ketidakpercayaan yang gamblang dan saling menguntungkan,” kata Anna Ashton, direktur urusan perusahaan China dan hubungan AS-China di Eurasia Group.
Berikut adalah empat hal yang mungkin mempersulit Yellen untuk memperbaiki hubungan AS-China:
1. Perang Chip
Perselisihan tentang masa depan semikonduktor telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Beijing mengumumkan pembatasan ekspor dua dua elemen penting semikonduktor, yakni gallium dan germanium pada awal pekan ini.
Larangan ekspor itu disinyalir sebagai tindakan balas dendam atas kebijakan AS yang melarang ekspor chip ke China.
Wei mengatakan larangan ekspor gallium dan germanium itu dibuat setelah pertimbangan yang matang dan dirancang untuk tidak hanya menimbulkan kepanikan di negara-negara tertentu, tetapi juga menimbulkan rasa sakit yang berat di negara-negara tersebut.
2. Penggerebekan Bisnis AS
Tindakan keras Beijing terhadap perusahaan konsultan dan uji tuntas Barat juga telah membuat bingung bisnis AS. April lalu, Beijing memperbaharui undang-undang kontra-spionase, yang memperluas daftar kegiatan yang dapat dianggap sebagai mata-mata.
Akibatnya selama beberapa bulan terakhir, terjadi serentetan penggerebekan terhadap konsultan, termasuk Capvision, Bain & Company, dan Mintz Group.
Pihak berwenang menuduh Capvision, yang berbasis di Shanghai dan New York, membantu membocorkan informasi sensitif militer kepada pasukan asing.
Analis mengatakan peningkatan fokus Presiden China Xi Jinping pada keamanan nasional menciptakan risiko politik yang mempersulit perusahaan asing berbisnis di China.
Beberapa perusahaan dana dan penelitian telah menutup kantor mereka di China setelah tindakan keras tersebut, termasuk Forrester Research dan Rencana Pensiun Guru Ontario.
3. Pembatasan Investasi di Cina
Sejak awal tahun ini, pemerintahan Joe Biden telah mempertimbangkan aturan baru pembatasan investasi Amerika di bagian penting ekonomi China.
Pada April lalu, kongres Partai Republik meminta pemerintah untuk “menggunakan semua alat yang tersedia” untuk menjatuhkan sanksi perusahaan yang memiliki hubungan dengan China.
Pemerintah AS telah lama meneliti investasi asing ke China. Namun, aturan pembatasan investasi AS di luar negeri akan menjadi strategi baru dan menjadi bagian dari upaya yang lebih luas untuk mempersulit China mengembangkan teknologi utama yang dapat mendukung militernya.
Ketegangan geopolitik yang meningkat telah membuat banyak perusahaan kini dalam posisi sulit.
Bulan lalu, raksasa modal ventura Sequoia memisahkan bisnisnya di China setelah investasi ekspansinya di China, terutama dalam startup teknologi menarik perhatian anggota parlemen AS.
4. Menghilangkan Risiko
Hawks telah menyerukan AS untuk memisahkan diri dari China. Namun, Joe Biden dan sekutu Eropanya telah berulang kali menekankan keinginan untuk “mengurangi risiko” hubungan mereka dengan ekonomi China, paling tidak karena pelajaran yang dipetik sejak Moskow memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina tahun lalu.
Perang di Ukraina telah memicu kekhawatiran atas Taiwan, yang diancam akan diserbu oleh China.
Kekhawatiran tersebut telah menyebabkan upaya terkoordinasi untuk menghapus China dari rantai pasokan teknologi yang dapat digunakan untuk memajukan kekuatan militernya.
Namun hal ini ditentang Beijing.
“Beberapa orang di Barat menggembar-gemborkan apa yang disebut konsep mengurangi ketergantungan [pada China] dan mengurangi risiko. Menurut saya, konsep-konsep ini adalah proposisi yang salah,” kata Perdana Menteri China Li Qiang.
Dia menyerukan agar keputusan “mengurangi risiko” dibuat oleh perusahaan daripada pemerintah. Menurutnya, globalisasi ekonomi tetap tidak berubah, dan harus ada lebih banyak kerja sama dan komunikasi.
(fby/vws)
[Gambas:Video CNN]